Namaku Hendri, aku bekerja di sebuah kantor BUMN. Aku sudah menikah
selama 3 tahun dengan istriku. Walau kami belum dikaruniai anak, kami
sangat bahagia karena istriku adalah orang yang pandai sekali
menyenagkan suami. Sepertinya tidak ada habisnya sensasi, gaya, dan
teknik yang istriku peragakan setiap kami bergumul di ranjang. Aku 7
tahun lebih tua dari istriku yang kini berusia 28 tahun.
Beberapa waktu lalu, rumah kami semakin berwarna ketika adik istriku
yang kuliah kedokteran di salah satu perguruan tinggi negeri tengah
menjalankan Coass di salah satu RS negeri yang kebetulan berada dekat
dengan rumah kami. Umurnya masih sangat muda sekitar 22 tahun, dia
termasuk mahasiswi yang cerdas karena dapat menuntaskan studi tepat pada
waktunya.
Jika diliat dari wajahnya, dia lebih cantik dari istriku, ditambah
wajahnya yang teduh dan keibuan. Walaupun tubuhnya aku taksir tidak
sebagus tubuh istriku tapi masih diatas rata-rata wanita pada umumnya.
Perbedaan lainnya, jika istriku senang berpakaian seksi dan menarik
lawan jenisnya, apalagi ditunjang dengan tubuh yang sangat aduhai. Adik
dari istriku ini malah sebaliknya, dia menutupi kecantikannya dengan
pakaian yang sangat longgar dan jilbab yang lebar. DItambah manset dan
kaus kaki sehingga aku hanya bisa melihat wajahnya yang putih bersih dan
telapak tangannya. Bahkn setiap aku ada di rumah dia tidak melepaskan
jilbab dan kaoskakinya walau barang sebentar. Namanya Nurul Annisa gadis
cantik itu.
Kami lalui hari dengan wajar, aku bisa berangkat terlebih dahulu
dengan mengantarkan istriku ke kantornya. Sedangkan Annisa terbiasa
berangkat terakir karena letak Rumah Sakit yang tidak jauh dari rumah
kami. Walau dalam hati aku menyimpan ketertarikan pada Annisa. Aku
semakin bergairah ketika melihat tingkahnya yang sopan, murah senyum,
dan lenggok pinggulnya ketika berjalan walau aku yakin bukan maksud dia
untuk melakukan itu. Inner beauty yang terpancar ditambah bakat
kecantikan den kemolekan tubuhnya selalu ia jaga dengan baik.
Katanya hanya untuk suaminya saja, bahkan dia tidak mau pacaran walau
saya yakin pasti banyak laki-laki yang menginginkannya. Jilbabnya yang
lebar itu tidak dapat menutupi lekukan dadanya yang membusung. Jika
istriku berukuran 38 B aku taksir besar tetek adik istriku itu sekitar
36 B. Tingginya yang semampai hampir mencapai 165 cm ditunjang tubuh
yang tidak kurus juga tidak gemuk membuat mata laki-laki manapun pasti
akan terkesima. Apalagi jika dirumah aku sering melihatnya hanya
menggunakan daster saja walau wajah dan kakinya tidak dapat aku lihat,
tapi aku dapat membayangkan bagaimana tubuhnya.
Terkadang ketika aku bergumul dengan istriku aku membayangkan sedang
melakukan dengan Annisa, sikapnya yang tertutup pada laki-laki dan
selalu menutup tubuhnya semakin membuatku penasaran. Hanya saja aku
masih menghargainya sebagai adik dari istriku, dan sikapnya yang menjaga
diri. Gayanya dan sikapnya yang renyah membuat siapapun jadi tidak
sungkan untuk mengenalnya lebih dekat denganna walau ia tetap menjaga
jarak.
Suatu hari, sepulang kantor aku membuka DVD Blue Film yang baru aku
pinjam dari teman kantorku, Blue Film yang aku tonton degan menggunakan
komputer cukup bagus dimana Film tersebut tidak terlalu vulgar dan
seronok yang membuat orang jijik. Itu membangkitkan gairahku, kudekati
istriku yang sedang menonton tivi di ruang tengah, aku mulai mencumbunya
dan dia pun membalas cumbuanku, tiba-tiba ku dengar pindu depan
terbuka, pasti Annisa gumamku.
“Tumben jam 9 baru datang Nis?” Tanya istriku,
“Iya mbak, tadi praktik bedah dulu. O ya mas, boleh kan aku pakai ruang kerjanya, aku mau buat laporan” lanjut Nisa.
“Silahkan aja, pakai sebabasnya dan jangan canggung disini” ujarku sambil menahan birahi yang baru saja naik.
“Terima kasih ya mas” ucapnya.
Setelah Nisa masuk kamar kamipun segera melanjutkan kegiatan kami dan
pindah ke dalam kamar kami. Pergumulanpun semain seru karena istriku
mulai mengeluarkan jurus-jurus barunya. Tapi tidak perlu ku ceritakan
karena bukan ini inti cerita yang akan aku ceritakan. Setelah kami puas
kamipun tertidur.
Aku terbangun sekitar pukul 1 dini hari, ku lihat istrku masih
terlelap kelelahan tanpa seheli benangpun disebelahku. Aku keluar kamar
untuk mengambil air minum dan memeriksa kondisi rumah. Kulihat sekilas
Annisa masih di ruang kerjaku dan masih didepan komputer, setelah
kupastikan semua pintu terkunci dan aku mengambil segelas air. AKu mulai
perhatikan Annisa yang tampaknya tidak mengetahuoi keberadaanku. Aku
puji kecantikanya dalm hati. matanya yang lentik, bibirnya yang tipis
dan menawan. Namun…tiba-tiba aku melihat sesuatu yang ganjil. Mata
Annisa masih memandangi layar komputer saat itu, tapi tangannya mulai
menyusup dibalik jilbabnya. Dari pergerakan tangan yang tertutup
jilbabnya itu aku tahu apa yang dia lakukan. Dia meremas-remas teteknya
sendiri, ku lihat matanya setengah terpejam bibirnya terbuka. mungkin
dia sedang merasakan sensasi yang baru dia rasakan.
“mhh..uuhhhmmm…aaahhh….” ku dengar desahan samar dari mulutnya, aku
segera bergegas ke kamar untuk mengambil Handhone ku dan segera merekam
kejadian langka ini.
Tangan kanan Annisa masih terus meraba teteknya, kini rabaannya kian
keras dan bersemangat. Tidak hanya itu aku lihat sepintas tangannya
melepas kancing daster bagian atasnya, dan aku yakin dia memasukkan
tangannya ke dalam teteknya. Kejadian itu terus aku rekam.
Sesekali Annisa melengguh “uuhh…aahhh…mhh…..oohh…” matanya terus
terpejam, bibir bawahnya dia gigit, terkadang kepalanya tergeleng ke
kanan dan ke kiri.
Ternyata tidak selesai disitu, tangan kirinya mulai menuju ke
selangkangannya, dia meraba memeknya sendiri dari luar dasternya. ku
lihat jari tengahnya terus menggosok bagian tengah memeknya, aku zoom
kamera HPku, dan melihat secara close up apa yang sedang dia lakukan.
Annisa mulai menarik dasternya ke atas, walau masih menggunkan kaus kaki
mulai terlihat betis atasnya yang sangat putih, sedikit-demi sedikit
daster tersebut tertarik ke atas oleh tangan kiri Annisa. Pahanya yang
putih mulus mulai tersingkap, Kontolku mulai tegang melihat pemandangan
itu. Sampai akhirnya tangannya berhenti ketika daster mulai sampai di
bagian perutnya. Dan terpampanglan ceana dalam anisa yang berwarna
putih. Tangan kiri Annisa terus bergerak masuk ke dalam celana dalamnya.
Ku lihat tangannya terus bergerak-gerak diantara selangkangannya.
Desahannya semkin menjadi, rangsangan yang sungguh hebat membuat dia
tidak merasakan keberadaanku.
“Auuuuww…oohh….ahhh….eehhhmmm…yyaaahhh ” racaunya.
Sunggh pemandangan yang belum pernah aku lihat seorang wanita
berjilbab yang tengah bermasturbasi tanpa melepaskan jilbabnya. Dulu
saat kuliah aku pernah mengintip anak ibu kosku yang melakukan itu, tapi
itu kurang menantang karena anak ibu kos ku itu sering mengumbar
auratnya dan punya affair dengan salah satu teman kosku. Tapi ini
pemandangan yang berbeda dan sungguh luar biasa.
Gerakan tangan kiri Anissa diselagkangannya semakin cepat, dan
remasan tangan kanannya di tetek semakin kuat. Ingin rasanya aku
membantunya, tapi masih sibuk merekam dengan kamera handphoneku. Sesaat
kemudian aku lihat dia mulai menghentikan aktifitasnya, nafasnya naik
turun teratur, matana masih terpejam, tapi aku tidak tahu apakah dia
telah mencapai puncak kenikamatan atau belum karena aku tidak mendengar
jeritan yang biasanya menjadi ciri wanita saat orgasme. Sebelum dia
sadar aku segera bergegas menuju kamarku, dan mulai mereview kembali
dari HPku apa yang baru aku saksikan tadi. Tanpa sadar aku melakukannya
sambil beronani, sampai orgasme beberapa kali. Aku baru menyadari DVD
Blue Film yang baru aku pinjam tadi, ternyata masih tertinggal dalam
komputerku, aku yakin tadi tanpa atau dengan sengaja dia melihatnya. Aku
yakin karena dalam DVD itu ada adegan wanita yang melakukan masturbasi,
mungkin dia mengikutinya.
Keesokan paginya, semua sepertinya biasa dan nampak wajar, istriku
masih sibuk berdandan, maklum dandannya bisa sampai 2 jam sendiri. Aku
memulai sarapan tanpa menunggu istriku, kemudian ku lihat Annisa sudah
rapih dan keluar dari kamarnya. Dia sangat cantik dengan dandanannya
yang sederhana, hanya berbalut bedak tipis dan lip glose seperlunya.
Tapi ini adalah pemandangan fantastis, wanita yang apa adanya aku lihat
menjadi jauh lebih cantik dibandingkan yang ber-make up. Jilbab warna
pink dipadu kemeja putih dan rok panjang warna senada dengan jilbabnya
membuat dia semakin cantik. Diapun tanpa merasakan apapun memulai
sarapan paginya.
Aku membuka obrolan pagi itu “Gimana Nis? laporannya selesai semalam?”,
“Sudah selesai mas, terima kasih ya ruangan dan komputernya” katanya tenang.
“Ngerjain laporan atau ngerjain yang lainnya?” sindirku.
Annisa langsung terdiam dan menghentikan kegiatannya yang sedang
mengambil nasi dari rice cooker. Wajah putihnya mulai bersemu merah,
mungkin dia mulai menyadari aku melihat apa yang dilakukannya.
“Tenang saja, kita kan sama-sama dewasa, tahu sama tahu lah dan aku
pun tidak akan ceritakan ini ke kakakmu” ujarku sambil ku perlihatkan
hasil rekaman di HPku.
Wajah Annisa semakin tegang, keringat mulai membasahi wajahnya, tak
sepatah katapun keluar dari mulutnya, aku tahu dia sedang bingung, malu,
dan mungkin takut juga.
“Mungkin lain kali kalau mau jangan sendiri, aku siap membantu kamu sampai kamu puas” Bisikku.
Tanpa menjawab dia langsung beranjak dari kursinya dan menyambar
tasnya, tanpa mengucapkan sepatah katapun, yang aku tahu matanya yang
berbicara, matana nampak mulai penuh dibasahi air mata yang hendak
meloncat keluar.
Malamnya, aku berlaku seperti biasa seperti tidak terjadi apapun.
Sedangkan Annisa seperti agak sungkan dan kaku setiap bertemu denganku.
“Pah, tidur yuk, mamah dah ngantuk banget nich”,
“Ya sudah tidur aja dulu, nanti papah menyusul”.
Setelah kulihat istriku sudah tertidur lelap, aku beranikan diri
mendekati kamar Annisa, yang nampaknya masih menyala terang, sepertinya
dia masih belajar. Tok…tok…tok… aku mengetuk pintu kamarnya.
“Siapa?” sahutnya dari dalam, saat dia buka pintu kamarnya, aku
segera mendorong pintu itu sehingga Nisa agak tersungkur kebelakang. Aku
kunci dari dalam pintu kamarnya,
“Mass….mas mau apa? keluar dari kamarku”,
“Kamarmu? apa kamu lupa kamu tinggal dimana?” sahutku agak tinggi, dia terdiam.
“Kamu mau videomu tersebar kemana-mana? bahkan wajahmu close up di video itu, semua orang
akan melihat apa yang kamu lakukan”,
“A…apa mau mas?” ucapnya terbata.
“Aku hanya mau kamu memuaskanku malam ini…”,
“Ja…jangan mas, aku masih perawan, aku lakukan apa saja asal bukan melakukan itu”,
“Buka!” perintahku ketika kontolku tepat berada di hadapan wajahnya.
Dia mulai membuka celana pendek yang aku kenakan sampai ke lutut,
Nisa agak terperangah meihat kontolku yang mulai tegang dan begitu
menonjol seakan celana dalamku tidak sanggup memuatnya.
Dengan bergetar tangannya menurunkan celana dalamku dan kemudian
menurunkannya hingga ke lutut. Tampak kini dihadapannya kontolku yang
telah tegak mengacung bagaikan sebuah tombak yang siap dihujamkan.
Tampak ragu dia meraih kontolku dengan sambil menundukkan kepalanya.
Akupun meraih tangannya yang halus, dan menyentuhkannya ke kontolku,
rasanya sangat nyaman, dimana kulit lembutnya menyentuh kontolku yang
sudah mengeras, kokoh, otot-otot yang keluar menambah kesan sangar.
Wajahnya tertunduk dan mulai tersedu, tapi aku tak menghiraukan, aku
maju mundurkan tangannya, sampai beberapa saat aku tak perlu menuntunnya
karena tangannya sudah faham apa yang harus dilakukannya. Nisa pun
mulai berani menaikkan wajahnya dan menatap kontolku. Tak berapa saat
aku merasakan sesuatu yang ingin melesak dari dalam tubuhku, sampai
akhirnya…
“aahh…..”aku melengguh disertai keluarnya sperma dari kontolku.
“aaaauuwww….” Nisa tersentak kaget ketika spermaku keluar.
Karena dia berada tepat didepan kontolku, muncratan spermaku mengenai
wajahnya, matanya, hidungnya, bibirnya dan sebagian lagi ke jilbabnya.
Aku tersenyum puas lalu ku tinggalkan Nisa yang masih terpaku.
Esoknya aku melakukan hal yang sama. kali ini, aku tidak perlu
membentak dan memerintahkan, Nisa sudah mengetahui apa yang harus dia
lakukan. Walau agak ragu, dia mulai berani menurunkan celanaku sendiri,
sampai celana dalamku, dan memulai belaian lembut pada kontolku. dia
tidak malu dan canggung seperti kemarin walu masih nampak wajah takut
dan terpaksa melakukan itu. Aku memegang tangan kanannya, sambil
membiarkan tangan kirinya tetap menggenggam kontolku yang hampir tak
tergenggam tangan mungilnya karena dameternya yang hampir mencapai 7 cm.
AKu renggangkan telapak tangannya dan aku tuntun melakukan gerakan
mengusap pada ujung kontolku, telapak tangannya mengusap dengan
melakukan gerakan memutar di ujung kontolku seperti yang sering istriku
lakukan. Hal ini memberiku sensasi yang lebih, apalagi yang melakukan
adalah seorang wanita yang polos tentang seks, alim dan selalu
berjilbab, menjaga dirinya dan menutupi tubuhnya. suatu sensasi yang
sangat luar biasa. Aku kembali mencapai puncak dan memuntahkannya
diwajahnya. Kegiatan itu sering kami lakukan tanpa sepengetahuan istriku
sampai beberapa waktu lamanya.
Pagi ini aku baru sampai dari kantor karena mendapat giliran piket,
karena itu siang ini aku mendapat libur. Sampai di rumah suasana wajar
setiap pagi seperti yang telah menjadi rutinitas. Istriku sudah siap
berangkat ke kantor, dan taksipun telah menunggunya diluar. “Pah aku
berangkat dulu ya..” sambil menciumku, tubuhnya indah dibalut blazer
ketat dan rok yang sangat pendek, ahh…itu pemandangan biasa.
“Mah…sekalian kunci ya pintunya” ujarku,
“Nanti saja, Nisa belum berangkat, biar dia saja yang kunci pintu…” ujarnya sambil berlalu.
“Hah..nisa masih di rumah..padahal biasanya dia sudah berangkat pagi-pagi sekali” bisikku.
“Kreeekkk…blak” kulihat intu kamar yang dibuka dan kemudian di tutup,
ku lihat nisa mengenakan jilbab warna putih sampai dibawah sikunya,
gamis pink warna kesukaannya dan rok putih manset dan kaos kaki putih
pun sudah menghiasi lengan dan kakinya. Dia terperanjat melihatku sudah
di dalam, dia langsung menundukkan wajahnya dan bergegas menuju pintu.
“Nggak makan duli nis?” sahutku memecah keheningan,
“Ngga mas..di RS aja, ngga enak sudah telat…” sambil terus menundukan wajahnya dan berlalu.
“Eii…ttt…mau kemana?santai dulu di sini”,
“Jangan mas…aku udah telat ke RS, nanti residentku marah” sahutnya ketakutan,
“Apa peduliku…!”, langsung muncul niat di pikiranku,
“Kamu mau video itu tersebar? kamu ingat? kamu tingga di rumah siapa?
akan tinggal makan, tidur tinggal tidur…”, wajahnya semakin memerah
sangat jelas karena kulitnya yang putih tidak dapat menutupinya.
“Kamu juga harus punya pengorbanan…” lalu aku duduk di sofa depan TV
yang biasa kami gunakan untuk menonton, aku masih berkemeja lengkap.
“sini…duduk didepanku”, dia langsung memahami perintahku, wajahnya masih tertunduk, dan sama sekali tidak melihatku.
Tanpa di suruh dia langsung membuka ikat pinggangku, lalu celanaku
dan menurunkannya sampai ke mata kaki. Ahh…pemandangan yang sangat tidak
ingin aku lewatkan, berdua dengan wnaita cantik di rumah, dan yang
paling penting, kami tidak melakukannya sembunyi-sembunyi di kamar, tapi
di ruang tengah yang sangat luas, aku semakin terobsesi. Tanpa di
suruh, nisa langsung mulai menggerak-gerakkan tangannya mengocok batang
kontolku yang mulai tegak. berapa saat kemudian,
“berhenti…aku sudah bosan dengan cara itu, ganti dengan cara lain!!”,
“Cara gimana mas…aku ngga ngerti” ambil terus tertunduk pasrah.
“dengan mulut kamu….sekarang”, aku lihat tubuhnya merespon dengan
sangat terkejut perintahku, hal yang tidak pernah sama sekali dia
bayangkan.
“semakin lama kamu melakukannya…semakin terlambat sampai RS…”bentakku.
Nisa pun mulai menuruti perintahku, didekatkan bibirnya yang mungil
itu ke kontolku, ketika bibirnya yang lembut, hangat dan basah oleh
lipglose itu menempel ujung kontolku, aku merasakan sensasi yang luar
biasa. Cara menciumnya pun sangat aneh, karena dia tidak pernah
melakukannya sama sekali, tapi aku biarkan karena di situ seninya,
melihat wanita alim yang masih polos melakukan oral sex. Aku tertawa
dalam hati, dan menikmati apa yang ada di hadapanku. Mungkin sudah
insting, ciumannya mulai mengitari seluruh kontolku, bahkan sesekali dia
basahi dengan lidahnya. Dia melakukannya dengan mata yang selalu
terpejam, kuberanikan memegang punggungnya, aku rasakan detak jantungnya
berdebar sangat keras hingga ke punggung.
“ahh…nikmati sekali nisa sayang….terus sayang…kulum semuanya…seperti
kamu mengulum permen lolipop ketika kamu kecil dulu” ujarku sambil mulai
berani mengusap dan membelai jilbabnya.
Dengan ragu nisa memasukkan kontolku ke rongga mulutnya, aku tidak
tinggal diam aku segera mendorong kepalanya semakin masuk, sehingga dia
tahu apa yang harus dia lakukan….Tangaku mulai berani menyusup ke balik
jilbabnya, dan menemukan sebuah gundukan yang sangatlembut terbalut bra,
“mhh…cuma 34B tapi lembut dan idah sekali” desisku. Nisa terperangah,
dan langsung tangannya mem****g tanganku dan menjauhkannya dari
dadanya.
“Diam!!!” bentakku. Dia terdiam, dan matanya mulai meneteskan air mata.
Lalu tangan kananku memegang bagian belakang kepalanya dan memaju
mundurkan kepalanya, sehingga bibirnya yang lembut beradu dengan lapisan
kulit kontolku, aku merasakan sensasi yng sangat luar biasa dan tidak
pernah aku dapatkan. tangan kiriku kembali bergerilya di dadanya, kali
ini tidak ada perlawanan, bahkan ketika aku mulai meremas teteknya yang
lembut. Aku merasakan putingnya semakin mengeras, tanda dia mulai
terangsang dan menikmatinya. Sampai beberapa saat akhirnya
“aaahh…aauuww…” Aku mengejang, dan seketika muncullah lahar putih hangat dari ujung kemaluanku.
Nisa kaget bukan kepalang, dia berusaha mengeluarkan kontolku dari
mulutnya, tapi itu sia-sia karena tangan kananku menahannya. Akhirnya
spermaku muntah di rongga mulutnya…..dia hanya bisa tergugu dan diam
dengan mulut yang masih mengemut kontolku. ketika ku cabut, speraku
meleleh dari bibirnya yang manis, dan diapun memuntahkannya…ahhh…indah
sekali. dia langsung berlari ke wastafel untuk memntuahkan apa yang baru
ditelannya. dia meludah terus menerus, sambil terus senggukan menahan
tangis. Lalu dia pun masuk ke kamar. aku masih menikmati ejakulasi
terindah yang pernah aku rasakan, sambil tetap duduk di sofa tengah.
Tak berapa lama, nisa keluar dari kamarnya, dengan jilbab dan gamis
yang baru, mungkin karena kusut dan terkena cipratan spermaku. Walaupun
tetap dengan wajah menunduk, tai dia mulai berusaha bersikap biasa, dan
berani mencairan suasana.
“Mas…aku berankat dulu”,
“Iya…hati-hati ya…rahasiamu aman denganku”.
Malam harinya aku bergumul hebat dengan istriku hingga aku terlelap.
Sebenarnya aku ingin sekali segera memiliki buah hati, tapi itu belum
terjadi, ya sekarang sih aku puas-puasin dulu dengan istri. Saking
terlelapnya aku tidak tahu kapan Nisa datang. Jam 2 dini hari aku
terbangun lagi, dan seperti biasanya aku mengambil minum di kulkas.
Ku lihat kamar nisa masih terang, “mhh…rajin sekali belajarnya”, lalu ku ketuk pintu kamarnya, libidoku pun mulai naik lagi.
“Nis…buka pintunya” ujarku.
“I…iya mas…”, agak lama dia membuka pintunya karena biasanya dia mengenakan jilbabnya dulu sebelum menemuiku.
“belum tidur ya?”,
“Belum mas, masih ada tugas…mhh…boleh aku pinjam lagi komputernya mas?”,
“Tentu saja boleh…tapi kamu tahu syaratnya bukan?”, dia
terdiam…mungkin bingung, dia tahu arah pertanyaanku, tapi dia tidak
ingin melakukannya.
Mungkin tidak ada pilihan lagi, seketika dia segera menjalankan
tugasnya, anehnya kali ini dia sangat buas mengulum kontolku, dia
seperti sudah lihai dengan tugasnya, “ah…mungkin dia mencontoh dari DVD
BF yang dulu dia tonton di komputerku”, “mulutnya terus membasahi
kontolku, terus melakukan gerakan mengurut dan merangsang agar kontolku
segera mengeluarkan lahar putihnya.
Pemandangan yang luar biasa, dengan
daster yang lebar dan mengenakan jilbab kaos putih ang sangat lebar. Dan
dia pun hanya diam ketika dua tanganky menyelinap dibalik jilbabnya dan
mulai meremas teteknya. Aku perhatikan mukanya mulai memerah, kadang
nafasnya tertahan dan mulai memburu.
DIa tarangsang…aku yakin sekali,
dia juga manusia yang punya hasrat. Sesaat kemdian kontolku mulai
bergetar dan segera melesakkan lahar putihnya, Nisa kaget dan spontan
mengeluarkan kontolku dari mulutnya, aku tidak dapat menahannya karena
tanganku sedang sibuk meremas teteknya. Seketika spermaku menyembur di
wajahnya, mengenai matanya, bibirnya, dan pipinya yang merona merah.
“Ahhh….” aku kaget mendengar kata itu keluar dari bibirnya.
“bersihkan!” serta merta bibir dan lidahnya membersihkan sperma yang masih menempel di kontolku.
Akhirnya, kegiatan ini sering saya lakukan, walaupun tetap aku paksa,
namun dia sudah tidak canggung untuk melakukannya. Bahkan, dia semakin
lihai agar membuatku segera ejakulasi. Mungkin itu dia dapatkan dari
pelajaran di kuliahnya, dia tahu titik rangsang yang paling sensitif.
0 komentar:
Posting Komentar